- Cobalah dengar perubahan suara sebelum dan sesudah switch dirubah dari posisi off ke on.
- Cobalah lihat putaran ban sebelum dan sesudah switch dirubah dari posisi off ke on.
Archive for Desember, 2012
Perubahan Ignition Motor Dibidang Mechatronik
Jangankan batubara dirubah menjadi bahan bakar kendaraan – udarapun dapat dirubah menjadi BBM
Kita ketahui bahwa air (H2O) dapat dirubah menjadi bahan bakar kendaraan yang disebut dengan gas Hidrogen. Kemudian sudah banyak lembaga ilmiah di Indonesia seperti BPPT yang sudah mau meneliti dan merubah Batubara menjadi DME (Dimethyl ether) setara dengan gas LPG yang juga dipergunakan sebagai bahan bakar gas kendaraan di negara-negara maju. Sekarang sudah ada penelitian merubah udara menjadi BBM (Bahan Bakar Minyak) dalam skala yang kecil tetapi berhasil.
Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda memiliki sifat dan kelakuan berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling “ringan”, bertambahnya atom C dalam rantai tersebut membuatnya semakin “berat”. Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propane dan butana, pada temperature dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas. Berikutnya dari C5 sampai C18 berwujud cair dan mulai dari C19 keatas berwujud padat.
- Metana adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4
- Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6
- Propana memiliki tiga atom C : (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2)
Jadi secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus dengan rumus kimia CnH2·n+2. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hydrogen dan karbon saling terikat satu dengan lainya sehingga membentuk rantai. Sementara campuran menggunakan isookatana atau benzena adalah senyawa yang dipergunakan untuk meningkatan nilai oktan yang berguna pada pembakaran bahan bakar diruang bakar. Dibawah ini terdapat beberapa rumus kimia yang berhubungan dengan ikatan hidrokarbon.
- Bensin (gasoline) = C5 s/d C12, Jadi, rumus bensin = C5 H12, C6 H14, C7 H16, dst…..(ingat rumus alkana => Cn H2n+2). Semua senyawa di atas adalah rumus kimia bensin dengan campuran nilai oktannnya.
- Minyak tanah (kerosin) = C9 s/d C14
- Avtur = C4 s/d C6
- Solar = C14 s/d C18
- Oli = C18 s/d C20
- Minyak rem = C16 ke atas
Sedangkan batubara juga merupakan salah satu bahan bakar fosil berupa batuan sedimen yang dapat terbakar dan terbentuk dari endapan organik, utamanya berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Dengan melihat jumlah sususan rantai unsur karbon dan hidrogen dari senyawa hidrokarbon maka sebenarnya suatu produk atau bahan dapat saja dirubah melalui suatu teknologi proses, apakah proses tersebut akan mengurangi atau menambah jumlah unsurnya sehingga menjadi produk atau bahan baru yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar kendaraan.
Dengan jumlah susunan rantai unsur karbon dan hidrogen yang banyak sebenarnya batubara dapat saja di jadikan DME atau bahan bakar gas setara LPG. BPPT dan lembaga ilmiah lainnya sekarang sudah mau meneliti hal itu dan akan menggalakkan proses perubahan dari batubara menjadi DME. Beberapa lembaga ada yang menawarkan DME didapat dari batubara dan ada juga didapat dari Biomassa. Apakah DME juga dapat diperoleh dari metana (CH4)???
Proses diatas dapat dikatakan memisahkan atau mengurangi jumlah unsur karbon dan hidrogen pada bahan seperti batubara. Apakah proses pengurangan unsur karbon dan hidrogen juga akan dapat menghasilkan bahan bakar minyak seperti bensin??? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan mudah hanya saja teknologi dan biaya prosesnya yang harus dipertanyakan.
Pemisahan unsur karbon pada suatu bahan tertentu juga dapat kita lihat pada senyawa air (H2O) yang dilakukan melalui proses elektrolisa sehingga hanya didapatkan unsur gas hidrogen (H). Bahan bakar Hidrogen (H) ini juga sudah dipakai dinegara maju seperti Jerman 5-10 tahun yang lalu pada kendaraan bis dalam kota (BVG).
Ada lagi yang paling hebat dari sistem proses perubahan dari satu bahan atau senyawa menjadi bahan lain yaitu merubah udara menjadi bahan bakar minyak (BBM). Wah ini sungguh hebat sekali. Gambar dibawah ini menunjukkan bagaimana proses perubahan udara menjadi bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan di negara Inggris.
Teknologi yang dimiliki perusahaan Air Fuel Synthesis secara sederhana bisa dijelaskan seperti ini: mencampurkan udara yang mengandung banyak sekali unsur dan senyawa termasuk CO2 (karbon dioksida) dengan natrium hidroksida (NaOH), lalu mengelektrolisasi natrium karbonat (Na2CO3) yang dihasilkan untuk melepas atau mendapatkan karbon dioksida murni (CO2).
Lalu, hasilnya (CO2,
karbon dioksida murni) direaksikan dengan hidrogen (H) yang dielektrolisis dari air (H2O), untuk membuat campuran hidrokarbon. Kondisi reaksi bervariasi dan akan disesuaikan dengan jenis bahan bakar yang diinginkan.Direktur eksekutif perusahaan Air Fuel Synthesis mengumumkan terobosan tersebut dalam sebuah konferensi di Institution of Mechanical Engineers di London. Perusahaan meyakini, pada akhir 2014, asalkan mendapat dana yang cukup, bisa memproduksi BBM alternatif itu dalam skala komersial.
Masalah utamanya, hingga saat ini proses tersebut masih sangat mahal dan sangat baik jika energi sintesis ini bisa menggunakan sumber daya terbarukan, misalnya dari angin dan matahari.
Dengan mengekstrasi karbon dioksida (CO2) dari udara, itu berarti proses produksi BBM alternatif secara efektif bisa menghilangkan gas rumah kaca yang dihasilkan industri. Daur ulang karbon dioksida untuk digunakan dalam mesin juga berpotensi mengubah landscape lingkungan dan ekonomi dunia. “Ada potensi untuk mengubah ekonomi negara, jika bisa membuat bahan bakar sendiri“.
Sementara dilain tempat, katanya, ada orang Indonesia yang dapat merubah daun menjadi uang. Penelitian ini terus dikembangkan dengan mantra-mantra gaibnya??? dan terus didukung oleh pemerintah.
Waduh kapan ya…. Indonesia mempunyai sistem penelitian yang mandiri dan berusaha sebagai pioner penemuan dengan terobosan baru??? Penelitian harus didukung dengan baik untuk ketahanan nasionalnya.
Dipl.-Ing. A. Hakim Pane
Analisa Berita Yang Mempengaruhi BBM
- Kondisi dan situasi produser minyak dunia di timur tengah
- Kebijakan ekonomi dunia
- Persediaan dan produksi minyak mentah dunia
- Bencana alam
Biodiesel adalah Solar masa depan
Dengan harga yang murah, kinerja, dan subsidi pemerintah, bahan bakar dari minyak bumi menjadi pilihan selama bertahun-tahun. Namun, ketergantungan impor dan kapasitas produksi dalam negeri yang tidak mampu mencukupi kebutuhan menuntut dikembangkannya bahan bakar alternatif yang lebih murah dan tersedia di alam.
Biodiesel telah terlahir kembali dan mulai meluas penggunaannya di berbagai negara. Kesadaran itu pun muncul di Indonesia sejak krisis keuangan dan terus meningkatnya impor bahan bakar. “Kalau Brazil bisa mengganti 20 persen konsumsi bahan bakar minyak dengan biodiesel, mengapa kita tidak,” kata Makmuri Nuramin, Manajer Teknik Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT yang mengembangkan teknologi produksi biodiesel berbahan CPO (crude palm oil) dari kelapa sawit.
Secara teknis, biodiesel memiliki kinerja yang lebih baik daripada solar. Solar yang dicampur biodiesel memberikan angka cetane yang lebih tinggi hingga 64. Sebagai perbandingan, solar biasa memberikan angka cetane 48 sedangkan pertamina DEX (diesel environment extra) 53. Semakin tinggi angka cetane semakin aman emisi gas buangnya.
Pemakaian biodiesel juga tidak memerlukan modifikasi mesin, berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injector, serta dapat mengurangi emisi karbon dioksida, partikulat berbahaya, dan sulfur oksida.
Biodiesel atau methyl ester diperoleh dari proses methanolisis minyak/lemak, menggunakan reaksi trans-esterifikasi ataupun esterifikasi dengan katalis basa atau asam dan metanol. Hasil pencucian dan pengeringan menghasilkan biodiesel yang siapa dipakai. Dari 1 kilogram bahan baku bisa menghasilkan sedikitnya 1 liter biodiesel. Sedang distilasi limbahnya menghasilkan gliserol dan metanol yang dapat digunakan kembali. Meski hanya sekitar 10 persen, gliserol menjadi produk sampingan yang juga bernilai ekonomis.
Selain CPO masih ada lebih dari 40 jenis minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, misalnya minyak jarak pagar, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak kapok. Meskipun tidak menghasilkan minyak sebesar kelapa sawit, pengembangan biodiesel dapat menyesuaikan potensi alam setempat.
Di samping sumber bahan bakunya melimpah dan terbarukan, biaya produksi lebih murah. Rata-rata biaya produksinya antara Rp 600 hingga Rp1.000 per liter. Sebagai pionir biodiesel di Indonesia, BPPT telah mengembangkan teknik produksi biodiesel termasuk rancang bangun pabriknya. Upaya tersebut telah menghasilkan empat buah paten dan pabrik pengolahan berskala kecil 1,5 ton biodiesel per hari di Puspiptek Serpong dan skala menegah 8 ton per hari di Riau.
Meskipun baru tahap proyek percontohan, seluruh produksinya diserap pasar, khususnya untuk perusahaan yang dituntut menurunkan kadar emisi bahan bakar. Saat ini sudah ada sekitar sepuluh perusahaan swasta yang menjadi konsumen tetap Solarmax, nama dagang biodiesel, termasuk B10, untuk 35 kendaraan operasional di lingkungan BPPT.
“Pabrik pengolahan biodiesel tidak membutuhkan biaya investasi besar sehingga dapat dikembangkan melalui unit kecil dan dikelola oleh usaha kecil dan menengah (UKM),” kata Makmuri. Sebagai gambaran, pabrik dengan kapasitas produksi 3 ton per hari hanya membutuhkan investasi Rp3,9 miliar dan masa pengembalian sekitar 3 tahun.
Sebagai bagian blueprint pengelolaan energi nasional (PEN), target produksi biodiesel sebesar 720 kiloliter pada tahun 2009 untuk menggantikan 2 persen konsumsi solar hanya akan tercapai jika terdapat 25 unit pengolahan berkapasitas 30 ribu ton per tahun. Meskipun demikian untuk mencapai target mengganti 5 persen konsumsi solar 2025, tidak menutup kemungkinan pembuatan pabrik berkapasitas besar hingga 100 ribu ton per tahun yang memerlukan investasi masing-masing sekitar 100 miliar.
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Sebagai produsen CPO atau minyak sawit terbesar kedua di dunia, Indonesia sangat potensial sebagai produsen biodiesel dengan memanfaatkan minyak yang berbasis sawit, baik CPO itu sendiri maupun dari turunannya.
Produksi CPO tahun 2003 telah mencapai tak kurang dari 9 juta ton dan tiap tahun mengalami kenaikan dapat mencapai 15 persen per tahun. Hampir seluruh produk CPO dapat diolah menjadi biodiesel, dari yang terbaik dengan kadar free fatty acid (FFA) kurang dari 5 persen hingga Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) berkadar FFA lebih dari 70 persen. Belum lagi potensi bahan baku lainnya, misalnya jarak pagar yang dapat tumbuh di lingkungan tandus sekalipun.
Meskipun demikian, sosialisasi penggunaan biodiesel tidak akan berarti tanpa dukungan dari pemerintah. Termasuk standardisasi produk untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Makmuri berharap dalam 2 hingga 3 bulan ke depan, standardisasi biodiesel dapat ditetapkan pemerintah sehingga teknologi pengolahan yang telah dikuasai BPPT dapat segera dikomersialkan.
Selain itu, kesiapan komersialisasi biodiesel ujung-ujungnya adalah harga jual, kata Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Yogo Pratomo saat melepas rombongan media yang akan meninjau lokasi energi terbarukan di Jawa Barat, Jumat (9/9). Untuk menekan biaya bahan baku dan mendorong investasi, sekarang sedang digodok bentuk insentif dengan Departemen Keuangan. Salah satu yang diusulkan adalah pembebasan pajak impor mesin pengolahan biodiesel seperti yang diterapkan di negara-negara lain.
Dengan demikian harga jual biodiesel dapat bersaing dengan harga solar yang cenderung terus naik tergantung pasokan impor minyak dunia.
Biodiesel yang Ramah Lingkungan
Well… jika mengacu kepada reaksi dasar pada proses pembakaran dimana bahan bakar – darimanapun sumbernya, baik bahan bakar minyak maupun bahan bakar nabati – keduanya tetap mengandung unsur karbon ( C ) dan hidrogen ( H ), yang juka mengalami proses pembakaran dengan oksigen ( O ) maka reaksi dasarnya adalah sbb :
C, H + O —-> CO2 + H2O
dimana CO2 inilah yang divonis menjadi penyebab efek rumah kaca yang pada akhirnya menyebabkan pemanasan global.
Sebagian orang lagi beranggapan bahwa biofuel merupakan bahan bakar baru dan terbarukan.
Pemanfaatan biofuel sendiri – terutama yang menggunakan minyak kelapa sawit – tidak kalah merusak lingkungan juga. Salah satu contoh adalah pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit dengan membantai hutan yang merupakan paru-paru dunia yang justru sanggup merubah CO2 menjadi O2 secara alami.
Jadi kesimpulannya, biofuel, terutama biodisel, selain sama-sama penyumbang emisi CO2 yg menjadi penyebab efek rumah kaca, proses produksinya juga justru memperparah pengurangan emisi CO2 ke udara, karena harus membantai hutan kita, sehingga berkuranglah hutan yang bertugas mengubah CO2 menjadi O2 secara alami, yang pada akhirnya sempurnalah proses percepatan pertumbuhan emisi CO2.
Jarak Pagar sebagai Bahan Baku Biodiesel
Minyak Jarak |
Dari percobaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), campuran solar dan minyak nabati (biodiesel) memiliki nilai cetane (oktan pada bensin) lebih tinggi daripada solar murni. Solar yang dicampur dengan minyak nabati menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna daripada solar murni sehingga emisi lebih aman bagi lingkungan.
“Jika solar murni nilai angka cetane-nya sekitar 47, biodiesel antara 60 hingga 62,” kata Sony Solistia Wirawan, Kepala Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT di Pusat Penelitian Ilmu Penegtahuan dan Teknologi Serpong, Selasa (14/2). Dalam satu liter bahan bakar, komposisi minyak nabati yang dapat digunakan baru 30 persen agar tidak mengganggu mesin yang dipakai kendaraan sekarang. Menurutnya, di beberapa negara maju biodiesel bahkan telah digunakan 100 persen dengan modifikasi mesin. Bahan-bahan dari karet diganti dengan sintesis viton yang tahan minyak.
Meskipun percobaan baru dilakukan untuk minyak nabati dari bahan kepala sawit, menurut Soni, hal tersebut dapat dilakukan juga untuk minyak jarak. Minyak mentah hasil perasan biji kering akan diolah dengan proses trans-esterifikasi menggunakan metanol untuk memisahkan air. Reaksi tersebut tergolong sederhana dan hanya diperlukan sekitar 10 persen metanol. Hampir 100 persen minyak dapat dimurnikan, bahkan menghasilkan produk samping gliserol yang juga bernilai ekonomi.
“Secara teknis prosesnya tidak jauh berbeda dengan pengolahan minyak goreng,” katanya. Hanya saja, pasokan bahan baku minyak nabati jumlahnya masih terbatas. Kelapa sawit masih ekonomis diolah menjadi minyak goreng meskipun minyak mentahnya (CPO) yang berkualitas rendah berpotensi untuk diolah menjadi biodiesel.
Jika dibandingkan, jarak pagar mungkin lebih berpotensi daripada kelapa sawit. Jarak pagar yang dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia baru digunakan sebagai pagar hidup. Tumbuhan bergetah ini dapat tumbuh di mana saja, hidup di berbagai kondisi tanah, dan tahan kekeringan, tidak seperti kelapa sawit, yang membutuhkan lahan khusus, ketinggian daerah, dan faktor iklim tertentu. Oleh karena itu, para peneliti BPPT berharap bahwa pengembangan jarak pagar tidak diarahkan untuk merelokasi lahan subur, namun memberdayakan lahan kritis.
“Produktivitasnya juga tidak jauh berbeda, dalam satu hektar lahan dapat dihasilkan sekitar 5 ton minyak pertahun,” kata Nadirman Haska, Kepala Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT. Satu hektar lahan mampu menghasilkan 25 ton tandan kelapa sawit segar yang dapat diolah menjadi 5 ton CPO sejak tahun ketiga hingga usia produktif 20 tahun.
“Dengan luas lahan yang sama, saya perkirakan dapat ditanam 2.500 batang jarak pagar,” kata Nadirman. Sejak usia 5 hingga 8 bulan, buahnya matang sehingga di tahun pertama pun hasilnya dapat dinikmati. Meski demikian, lanjut Nadirman, mungkin baru dihasilkan sekitar 0,5 ton minyak. Seiring tumbuhnya tanaman, produksinya diharapkan terus meningkat lebih dari 10 ton sejak tahun keenam. Usia produktif jarak pagar diperkirakan antara 20 hingga 50 tahun.
Ongkos perawatan untuk tanaman liar ini juga lebih murah. Nadirman memperkirakan hanya perlu 20 hingga 25 persen pendapatan dari hasil produksinya yang dipakai. Sedangkan untuk kelapa sawit, biaya operasionalnya 40 hingga 50 persen dari besar pendapatan produksinya.
Pada dasarnya pembibitan dapat dilakukan secara generatif atau vegetatif. Namun, pembibitan generatif menggunakan biji tidak disarankan karena menurunkan sifat genetik berbeda, sedangkan dengan stek atau kultur jaringan sifat-sifat unggul dapat dipertahankan pada keturunannya.
Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT telah mengembangkan proses pembibitan sederhana yang dapat dilakukan siapa pun dengan sedikit latihan. Bahkan telah disiapkan cairan nutrisi tanaman untuk mencegah mortalitas (kegagalan) bibit dan merangsang pertumbuhannya dari proses penyiapan hingga siap tanam di ruang terbuka.
Selain itu, teknik kultur jaringan yang membutuhkan teknik lebih rumit di laboratorium terus dikembangkan, termasuk menyiapkan pohon induk yang memiliki sifat-sifat genetik baik yaitu menghasilkan biji besar, buah banyak, dan masa tanam cepat.
Bioetanol Padat
“Setiap kali saya menemukan cara baru untuk menghasilkan bahan bakar alternatif, tidak pernah berniat untuk mengajukan patennya. Ini supaya masyarakat mana pun mudah membuatnya,” kata Budi di Jakarta.
Sejak tahun 1998, Budi menggeluti usaha di pedesaan untuk memproduksi apa pun sebisa mungkin. Bioetanol hanya salah satunya. Selain itu, Budi juga memproduksi jamur tiram dengan isi polybag khas racikan dia, hingga dikenal lebih banyak menghasilkan jamur dibandingkan yang lainnya.
Budi juga menciptakan alat pembentuk gas metana untuk sumber energi ramah lingkungan dari sampah organik. Alat itu dinamai albakos, singkatan dari alat biogas konsumsi sampah.
Ia juga memberikan nama kompor ”Bahenol” untuk ciptaan kompor berbahan bakar hemat etanol. Baru-baru ini Budi memaparkan temuan barunya, bioetanol padat. Ia sendiri lupa kapan memperoleh inspirasi itu secara pasti. ”Inspirasinya sudah sejak lama,” ujar Budi.
Bioetanol yang dimaksudkan Budi adalah etanol atau alkohol. Budi memproduksinya dengan proses fermentasi bahan-bahan organik mengandung glukosa.
Di pedesaan, Budi mudah menjumpai limbah organik dari hasil pertanian. Seperti sekam padi juga mengandung glukosa. Begitu pula limbah sayur-mayur bisa dijadikan bahan organik untuk fermentasi menghasilkan bioetanol.
”Limbah pertanian air kelapa menjadi salah satu bahan baku paling baik. Tetapi, selama ini yang terbaik untuk membuat alkohol tetap dari tetes tebu,” kata Budi.
Budi juga memproduksi mikroorganisme yang dipakai untuk fermentasi bahan organik. Selama ini Budi juga mendidik generasi muda untuk banyak memproduksi bioetanol.
Cita-citanya di kemudian hari, akan terdapat pompa-pompa bahan bakar bioetanol di mana pun juga. Tidak sulit untuk mewujudkannya karena bahan bakunya tersedia melimpah di sekitar kita.
Bioetanol memiliki titik nyala rendah sekitar 13 derajat celsius sehingga sangat mudah terbakar. Untuk bahan baku bioetanol padat, Budi menggunakan kadar 80 persen. Kadar ini merupakan hasil penyulingan tahap pertama.
Alkohol memiliki titik didih 78 derajat celsius. Melalui pemanasan, alkohol mudah dipisahkan dengan kadar air yang memiliki titik didih sampai 100 derajat celsius.
”Pendistribusian bioetanol cair tergolong susah. Misalnya, setiap kali saya membawa hasil uji coba bioetanol ke Jakarta untuk dianalisis laboratorium, selalu saja ditahan di bandara keberangkatan di Solo,” kata Budi.
Sekarang, lanjut Budi, ketika membawa bioetanol padat dari Solo ke Jakarta tidak lagi terhambat di bandara. Tidak diizinkannya membawa bioetanol cair di dalam pesawat ini juga bagian dari inspirasi Budi untuk menciptakan bioetanol padat.
Pendistribusian bioetanol padat tidak membutuhkan wadah seperti bioetanol cair yang tidak boleh bocor. Kemasan bioetanol padat menjadi tidak merepotkan dibandingkan bioetanol cair. ”Ketika dipakai untuk bahan bakar kompor, bioetanol padat tidak mengeluarkan jelaga,” katanya.
Bagaimana bioetanol dipadatkan? Sebetulnya, bioetanol padat bukanlah diperoleh dari proses pemadatan atau pembekuan bioetanol cair. Bioetanol padat adalah penyertaan bahan bakar cair bioetanol ke dalam bahan padat residu minyak bumi yang dikenal sebagai stearit acid.
Stearit acid merupakan bahan baku parafin atau lilin. Stearit acid juga dikenal sebagai palm wax. Harga di pasaran Rp 17.000 sampai Rp 20.000 per kilogram. ”Cara membuatnya, padatan stearit acid dipanaskan terlebih dahulu sampai mencair,” ujar Budi.
Kemudian disiapkan setengah liter bioetanol untuk campuran stearit acid 1 kilogram. Hanya diaduk sebentar, kemudian campuran harus segera didinginkan.
Pendinginannya di wadah paralon dengan ukuran 3 dim. Ini supaya ketika dingin dan memadat kembali, akan membentuk tabung atau silinder paralon. ”Saya mempersiapkan potongan paralon 3 dim itu masing-masing sepanjang 30 sentimeter,” kata Budi.
Untuk 1 kilogram stearit acid dan setengah liter bioetanol tersebut, Budi memperoleh dua selongsong bioetanol padat. Ia kemudian memotongnya dengan panjang 2 sentimeter, hingga diperoleh 20 potong.
Ketika dinyalakan di kompor, satu potong bioetanol itu mampu bertahan menyala hingga dua jam. Budi membuat perbandingan dengan kompor minyak tanah. Dengan minyak tanah satu liter, ternyata juga mampu menyala selama dua jam.
Jika dihitung biaya produksinya, satu potong bioetanol padat berukuran 2 sentimeter itu sekitar Rp 4.000. Adapun minyak tanah Rp 7.000 per liter, ”Bioetanol padat ini jauh lebih murah,” kata Budi.
Budi telah menunjukkan hasil nyata yang bisa diuji kembali oleh para ahlinya. Bagi dia, inovasi tidak harus melalui riset dengan biaya tinggi. Inovasi yang sederhana dan mudah diterapkan justru lebih bernilai bagi masyarakat.
Bahan Bakar Alternatif Anak Bangsa
Bahan bakar sudah menjadi masalah yang mengglobal. Semua orang mencoba mencari bahan bakar alternatif. Pencarian ini dilakukan agar dapat menemukan bahan bakar selain bahan bakar yang telah ada. Bahan bakar yang telah ada diyakini akan segera habis atau pada suatu saat nanti akan segera habis. Oleh karena itu, sebelum bahan bakar tersebut habis maka dicarilah bahan bakar penggantinya.
Alternatif BBM
1. Hidrogen
Eenergi kimia yang diubah menjadi listrik dan cocok digunakan untuk mobil listrik. Sekarang sedang dalam tahap pengembangan, khususnya infrastruktur untuk pengisian sel bahan bakar tersebut ke kendaraan agar bisa dilakukan juga secara konvensional. Dengan gencarnya pengembangan dan produksi mobil listrik, penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar alternatif juga semakin besar.
2. Biodiesel
Biodiesel dihasilkan dari minyak nabati atau lemak hewan. Bahan bakar ini dinilai cukup efektif dengan emisi karbondioksida yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar konvensional. Masalahnya, karena dibuat dari tumbuhan atau hewan, bisa mengganggu ketersediaan makanan bagi manusia.
3. Air
Sejauh ini air sebagai bahan bakar masih hipotesis dan dalam penelitian lanjut. Air merupakan energi yang memang tidak secara langsung bisa dipakai tanpa bantuan proses lain. Pasalnya, air merupakan oksidasi dari hidrogen. Untuk itu harus dikembangkan teknologi untuk memecah molekul air menjadi hidrogen dan digunakan sebagai energi.
4. Urine
Jika ini terjadi kita tidak perlu pusing lagi mencari WC umum ketika melakukan perjalanan. Menurut Dr. Gerardine Botte dari Asosiasi Profesor Departemen Tehnik Mesin Kimia dan Biomolekuler di Universitas Ohio, di dalam molekul urea (urine) terdapat empat atom hidrogen jika dibandingkan air biasa yang hanya mengandung dua atom hidrogen. Lalu molekul tersebut dipisahkan melalui oksidasi dengan basis elektroda nikel pada 0.37 V sehingga hidrogen tersebut akan terpecah.
5. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja dan merupakan cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan sudah biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol diproduksi dari tanaman, merupakan bahan bakar yang paling sedikit menghasilkan emisi. Beberapa bahan bakar yang dicampur dengan etanol yang terkenal adalah gasohol E10 yang terdiri dari 90 persen bensin dan 10 persen etanol. Di beberapa negara sudah menggunakan E85 yaitu 85 persen etanol dan 15 persen bensin.
6. Nitrogen Cair
Nitrogen cair adalah salah satu yang disiapkan untuk kendaraan masa depan. Proses pembuatannya, nitrogen cair dipanaskan, ekstrak panas menghasilkan tekanan udara dan digunakan untuk menggerakkan piston atau mesin sehingga bisa berputar.
7. Tekanan Udara
Selain tekanan udara yang dihasilkan oleh nitrogen cair, secara sederhana kompresi udara juga bisa digunakan sebagai sumber daya mobil. Penggunaan uda yang dikompresi tidak memerlukan busi dan sistem pendingin. Dengan demikian dapat mengurangi biaya produksi dan perawatan kendaraan. Proyek mesin dengan tekanan udara ini pertama dikembangkan oleh Tata Motors dari India bekerja sama dengan perusahaan Perancis, MDI.
8. Gas Alam
CNG (Compressed Natural Gas) atau gas alam dan di Indonesia lebih dikenal dengan BBG )bahan bakar gas). Polusi yang ditimbulkan lebih rendah dibandingkan bensin dan diesel. Kaerna lebih ringan dari oksigen, polusi yang ditimbulkan juga sangat rendah. Masalahnya, untuk menyimpannya diperlukan tekanan yang sangat tinggi. Akibatnya, harus menggunakan tabung atau tangki yang kuat dan berat.
9. Liquefied Petroleum Gas (LPG)
Bahan bakar ini sudah umum digunakan oleh rumah tangga di Indonesia dan dikenal dengan sebutan elpiji. Karena terdiri dari campuran hidrokarbon yang mudah terbakar (kalu ada sumber api), penggunaannya transportasi umum sudah banyak. Dibandingkan dengan BBG, penyimpanan elpiji membutuhkan tekanan jauh lebih rendah.
10. Sampah Organis
Sampah organis diproses menjadi bahan bakar cair yang disebut dengan gasifikasi dan disebutn juga gas sintesis. Gas ini dicampur dengan etanol sehingga proses pembakaran lebih mudah. Dalam skala kecil, beberapa negara telah memanfaatkan gas ini sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.