Di zaman purba awalnya manusia berpindah-pindah untuk mencari kebutuhan pangannya dengan memetik hasil bumi, berburu dan menjadi nelayan. Kemudian manusia tinggal menetap, membangun rumah dan mengolah tanah dengan bertani dan berkebun serta beternak untuk mempertahankan hidupnya. Untuk memudahkan hidup mereka maka dikembangkan peralatan pemetik hasil bumi, berburu, menangkap ikan, bertani, berkebun, menambang, bahkan peralatan untuk berperang serta alat-alat rumah tangga.
Para tukang dan juru muncul sebagai sumber penghasil peralatan dan barang-barang untuk kebutuhan hidup yang baru. Dari situ mulailah berkembang kerajinan dan pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan. Untuk menjadi pengrajin dan tukang yang baik diadakan pola pendidikan magang.
Pertambangan besi dan baja mengalami kemajuan pesat pada abad pertengahan. Selanjutnya pertambangan bahan bakar seperti batubara, minyak bumi dan gas maju pesat pula. Kedua hal itu memacu kemajuan teknologi permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang selanjutnya membuka jalan pada pembuatan dan perdagangan barang secara besar-besaran dan massal pada akhir abad 18 dan awal abad 19. Mulanya timbul pabrik-pabrik tekstil dan kereta api, lalu industri baja dan galangan kapal, pabrik mobil. Terjadilah Revolusi Industri.
Dengan menetapnya manusia pada suatu wilayah tertentu dan membentuk komunitas untuk bertahan hidup yang memerlukan ketrampilan dan peralatan maka kebutuhan akan pendidikan pada awalnya lahir dalam kelompok manusia tertentu. Pendidikan berkembang terus dengan tingkat pendidikan tertinggi yang dinamakan universitas.
Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar akademik dalam berbagai bidang. Kata universitas berasal dari bahasa Latin universitas magistrorum et scholarium, yang berarti “komunitas guru dan akademisi. Universitas Barat pertama adalah sebuah akademi yang didirikan pada tahun 387 SM oleh filsuf Yunani Plato, di mana para siswanya diajarkan filsafat, matematika, dan olah raga. Universitas terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Sebuah universitas menyediakan juga pendidikan sarjana dan pascasarjana.
Manusia yang tadinya hidup berkomunitas, berkelompok dan akhirnya berbangsa dengan wilayah negaranya sangat membutuhkan pemerintahan untuk mengatur tata kehidupan yang baik. Selanjutnya lahirlah pemerintah yang merupakan organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Sistem pemerintahan yang terdapat didunia terdiri dari beberapa jenis yaitu pemerintahan yang dipegang oleh satu orang, beberapa orang dan semua orang. Sistem pemerintahan yang terakhir biasanya dinamakan pemerintahan dengan sistem demokrasi.
Peran ketiga komponen yaitu Industri, Universitas dan Pemerintah (the tree musketeer)
Mari kita bahas ketiga komponen diatas yang berkembang secara evolusi dan revolusi pada tatanan dan fungsinya serta keterkaitannya yang sangat erat dengan kehidupan rakyatnya diwilayahnya yang dinamakan negara. Bahkan saat ini negara dapat diindentifikasi dari pengelompokannya seperti negara maju, negara kaya, negara makmur, negara berkembang dan negara miskin.
Pertanyaannya adalah apakah ada negara dengan tiga pengelompokan sekaligus (negera maju, kaya dan makmur)? Jawabannya ada, yang mana negara tersebut mempunyai industri dan universitas yang baik, sumber daya alam yang melimpah dan kesejahteraan serta kemakmuran untuk rakyatnya dari kemajuan dan kekayaan negara tersebut. Bagaimana dengan negara kita Indonesia?
Negara kita Indonesia dapat dikatakan tidak kaya dan juga tidak miskin, demikian juga dapat dikatakan bukan negara maju dan bukan negara berkembang. Yang pasti negara kita dapat dikatakan atau didefinisikan sebagai negara tidak makmur.
Negara Indonesia tidak dapat dikatakan negara kaya karena negara kita tidak dapat mengolah kekayaan alamnya dengan baik untuk kemakmuran rakyatnya. Demikian juga bukan negara maju karena perkembangan industri dalam negerinya tidak didukung oleh universitas dan pemerintah dengan baik. Demikian juga sebaliknya bahwa universitas tidak didukung oleh industri dalam negeri dan pemerintah. Seharusnya kedua komponen terpenting yaitu universitas dan industri dalam negeri harus didukung oleh pemerintah untuk dapat mengolah kekayaan alam ini sehingga kemakmuran rakyat termasuk pemerintah dapat terwujud dengan baik. Pemerintah dan dewan terhormat yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum, undang-undang serta anggarannya yang didapat dari pajak rakyatnya sendiri.
Sangat polemik di Indonesia jika universitas sebagai suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian hanya menghasilkan gelar dan tidak memberikan sesuatu kepada industri sebagai tulang punggung penghasil barang-barang kebutuhan manusia. Demikian juga dengan industri yang tadinya mengadakan pola pendidikan magang untuk menjadikan pengrajin dan tukang yang baik, hanya menggelar lapangan kerja sebagai buruh kasar yang tidak trampil dan tidak berdedikasi tinggi untuk pengembangan, penelitian dan penciptaan.
Pemerintah sebagai pemegang regulasi bahkan memperkental dan memperjelas masalah ini dengan kebijakan-kebijakan yang tidak sejalan dengan perkembangan industri dan universitas. Misalnya mempermudah impor dibandingkan ekspor, industri hulu yang tidak berpihak, industri hilir yang dipersulit, memperbanyak mall dibandingkan industri atau universitas sebagai tempat penelitian dan lain sebagainya. Semuanya melahirkan kebijakan yang berpihak pada kepentingan perorangan atau kelompok bukan kepentingan rakyat dan nasional.
Seharusnya ketiga komponen ini saling mendukung dengan regulasi yang dibuat bersama dengan baik untuk kesejahteraan anak cucu sebagai rakyat penerus yang makmur dan sejahtera. Kita namakan ketiga komponen ini sebagai “the three musketeers”.
Kita lupakan semua permasalahan dan kita carikan solusi agar tatanan “the three musketeers” dapat bersatu kembali dan menjadi kuat. Tidak usah muluk-muluk untuk membangun sistem yang benar dan kita mulai saja dari universitas sehingga universitas digemari, disenangi, diminati dan tidak hanya selalu diberi julukan sebagai tempat mendapatkan gelar saja tanpa keahlian yang baik membangun bangsa.
Menurut pengamatan yang terjadi dinegara maju bahwa fakultas di universitas yang diminati adalah fakultas yang mampu memberikan tugas dengan jumlah yang banyak bagi mahasiswanya. Yang dimaksud tugas adalah tugas akhir mahasiswa yang mewakili tema utama dari industri dalam negerinya untuk kepentingan rakyatnya dan juga rakyat dunia.
Pada papan pengumuman disetiap fakultas dinegara Jerman terdapat banyak daftar atau list tugas akhir yang ditawarkan, apakah itu studien arbeit (tugas akhir tahap awal) atau diplom arbeit (tugas akhir tahap diplom). Beberapa tugas akhir yang banyak tersebut dapat berupa turunan dari tema utama yang berasal dari professor bidang tertentu atau pihak industri. Kemudian tema utama tersebut diberikan kepada calon doktor yang berminat. Dengan membina beberapa mahasiswa dalam tugas akhirnya maka secara tidak langsung tema utama untuk mendapatkan doktor bagi calon doktor dapat diraih dengan baik. Calon doktor dapat dibina dengan anggarannya oleh industri atau oleh universitas.
Jika calon doktor dengan kerja desertasinya selama 5 tahun dibantu oleh universitas maka calon doktor harus merangkap kerja sebagai asisten dosen atau professor. Jika dibantu oleh industri maka calon doktor harus menyelesaikan desertasinya selama 3 tahun. Kedua model desertasi tersebut dibiayai oleh pemerintah dan industri. Sangat erat dan solid hubungan kerjasama ketiga komponen tersebut. Fakultas yang diminati, kaya dan makmur adalah fakultas yang memiliki banyak sekali list turunan tugas akhir dipapan pengumuman.
Bagaimana dengan universitas dinegara kita yang lebih dahulu hadir dibandingkan industrinya? Demikian juga dengan sistem kerjasama yang tidak dibina secara the three musketeer antara industri, universitas dan pemerintah. Mari kita lihat bagaimana negara Jepang, Korea dan negara lainnya bertekad untuk mempersiapkan diri dengan mengirimkan mahasiswanya ke negara maju seperti negara dieropa dan amerika, untuk belajar bahkan meniru teknologi. Kembali dari negara maju tersebut mereka langsung membangun industri yang disinergikan dengan universitas dalam negerinya yang didukung oleh pemerintahnya seratus persen.
Cara seperti ini juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia tetapi bedanya pemerintah Indonesia setengah hati dan bahkan saat ini tidak ada hati untuk mendukung sepenuhnya universitas dan industri. Industri berbau kapitalis dilancarkan usahanya dibandingkan usaha industri bangsa sendiri termasuk kreasi anak bangsa.
Mari kita mulai dari universitas yang bisa mengembangkan tema utama sebagai tugas akhir dengan jumlah yang banyak bagi mahasiswa yang mewakili produk tepat guna bagi rakyat Indonesia. Produk tepat guna yang nantinya dapat diberikan kepada industri untuk diproduksi masal.
Sebenarnya banyak sekali produk yang diperlukan rakyat Indonesia sebagai suatu tema yang seharusnya lebih lanjut satu per satu permasalahannya diteliti oleh mahasiswa Indonesia. Seperti halnya mengenai energi yang sekarang ini menjadi permasalahan yang tidak kunjung reda di Indoensia tercinta ini.
Coba bayangkan informasi dimedia dalam sehari menguraikan satu permasalahan dengan jelas. Dimulai pemberitaan bahwa amerika dan eropa akan mengembargo iran dalam waktu dekat, kemudian harga minyak dunia akan naik karena hal tersebut, beralih ke kelangkaan LPG tabung 3kg, susahnya memasak karena tabung 3kg tidak ada dipasaran dan terakhir briket batubara dapat dibuat dan dijual dengan harga murah sebagai pengganti bahan bakar LPG tabung 3kg.
Tema besar sudah dapat yaitu energi. Kemudian energi tersebut diturunkan lagi menjadi jenis energi sesuai fungsi dan terakhir adalah peralatan untuk kebutuhan menggunakan energinya. Coba kita jadikan hal ini menjadi beberapa tugas akhir bagi mahasiswa maka akan terjadi 20 lebih turunan yang dapat dijadikan tugas akhir yang saling berkaitan. Tugas akhir yang berguna bagi mahasiswa, rakyat dan negara dengan kebijakan dari pemerintah yang berpihak pada rakyat dan negaranya. Hanya saja bagaimana tugas akhir ini dikemas oleh dosen dan pembimbing yang kreatif serta didukung oleh pemerintah dengan kebijakan dan anggarannya. Tinggal industri nantinya yang akan memperbanyak produk tersebut menjadi produk masal.
Dari industri sesuai perkembangan pasar, nantinya akan kembali menawarkan pada mahasiswa untuk mengembangkan dan meneliti produk tersebut menjadi produk yang handal dan berteknologi tinggi walaupun misalnya produk tersebut hanya untuk memasak dengan energinya yang dapat ditemukan di negeri Indonesia yang tercinta ini.
Dengan dimulainya tema besar dari problematika rakyat Indonesia yang ditangkap oleh pihak universitas maka pengembangan, penelitian dan penciptaan dapat dirumuskan dengan baik menjadi turunan tema dengan jumlah yang banyak untuk tugas akhir mahasiswa (hilangkan budaya tugas akhir yang diciptakan sendiri oleh mahasiswa untuk menghilangkan budaya duplikasi tugas akhir mahasiswa tanpa menghasilkan kreatifitas dan kemandirian). Pemerintah bersama industri bersama-sama memantau dan memonitor serta membantu dengan anggaran bagi penelitian dan pengembangan di universitas.
Insan di universtas juga yang nantinya akan menjadi pemimpin di pemerintah dan industri agar pengembangan, penelitian dan penciptaan selalu berjalan baik dan berkelanjutan. Dengan demikian produksi yang berasal dari permasalahan rakyat dan negara Indonesia dapat dipecahkan dan diproduksi sendiri oleh bangsanya. Diharapkan penyerapan tenaga kerja tanpa melalui jalur universitas akan dapat dinikmati juga oleh rakyat Indonesia dengan industrinya yang tangguh yang didukung pemerintah yang bersih.
Universitas yang tangguh dan industri yang mapan akan menghasilkan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat melalui produk-produk dalam negeri yang berasal dari permasalahan bangsa sendiri dan bukan impor dengan menguntungkan negara luar.
(Dipl. – Ing. A Hakim Pane)